Membangun Mimpi Anak Jalanan Melalui Rumah Belajar

belajar-movie-maker-3

Aktivitas Rumah Belajar di Clincing Jakarta Utara 

Bangunan rumah terlihat tegak tanpa halaman yang luas. Pagar dan dinding berwarna putih, nampak berbeda dari rumah warga lainnya yang banyak ditumbuhi tanaman. Hanya ada pohon belimbing menjulur keatap rumah yang mulai mengering.

Papan nama berukuran 1×1 meter menempel di tembok di samping pintu bertuliskan rumah belajar, tempat anak-anak putus sekolah di Clincing Jakarta Utara menghabiskan aktivitasnya.

Siang itu, tempat tersebut telah ramai dikunjungi oleh anak-anak sekitar umur SMP-SMA. Mereka adalah orang-orang yang putus dari sekolahnya.

Malamnya, Yusuf Samsul, seorang teman yang menjadi pegiat di rumah belajar tersebut mengirim pesan singkat melalui pesan WhatsApp “Kemarilah bila senggang, kunjungi anak-anak di Rumah Belajar” katanya. Kemudian, saya menyempatkan diri untuk berkunjung disela-sela waktu kursus jurnlalistik narrative di Cikini.

Sesampainya di sana, saya disambut ramah oleh relawan yang mengabdikan dirinya untuk mengajari anak-anak. “Kalo ini gimana ka?” tanya seorang anak kepada pengajar. Kemudian ia mendekat, dan mengarahkan materi yang sedang dipelajarinya, desain grafis. Beberapa hasil pembelajaran desain grafis terpampang dan berderet di papan tulis berukuran 1×1.5 meter berlatar tembok berwarna hijau muda.

“Di sini, kami berfokus pada pegembangan desaign dan IT. Tak hanya itu, melalui seni musik, kami juga masuk untuk merangkul mereka” kata Yusuf.

Yusuf dan kawan-kawannya yang tergabung dalam Yayasan Jala Samudera mempunyai mimpi besar, mimpi untuk mengembagkan bakat anak-anak yang putus sekolah.

Sekitar 50 anak yang putus sekolah dari SD hingga SMA tergabung dalam Rumah Belajar. Zain, seorang relawan yang mempunyai perawakan besar, berkumis dan berjenggot tebal  membantu Samsul untuk mengembangkan bakat anak-anak di sekitaran Clincing Jakarta Utara ini.

“Anak-anak yang putus sekolah di sini tinggi dibanding wilayah Jakarta lainnya. Faktornya banyak, mulai dari ekonomi, kenakalan, kemampuan belajar dan dikeluarkan dari sekolah” kata Zain

Rumah Belajar mencoba menjadi bagian dari mereka, dengan metode pendekatan, anak-anak dibimbing untuk mengembangkan keahliannya.

Siang itu, saya diajak keliling melihat dari sudut ke sudut ruangan, seperti Andi F Noya, Host Kick Andy saat mengunjungi tempat-tempat seperti ini.

Di pojok kanan ruang tengah, buku-buku berjejer rapih di dalam rak berwarna cokelat tua. Di samping rak buku, Ibnu, seoranag remaja pelan membolak-balikan isi buku yang ia baca. Sedikit saya intip ia sedang melahap buku Dilan karya Pidi Baiq, yang ia raba perkalimat.

Sedikit ia menolehkan mukanya ke atas, menatap wajah saya yang perlahan mendekati. “halo” sapa saya. Ia berbalas menyapa dengan melontarkan senyuman “halo juga” kami bersalaman. Saya tersenyum, ia tersenyum.

Tinggalkan komentar